Dinamika Kegiatan Yayasan AL-ISHLAH 1

Mohon Do'a Restu, Panitia Pembangunan Masjid Al-Ishlah sedang mempersiapkan proses Pembangunan dan Perluasan Masjid.

Dinamika Kegiatan Yayasan AL-ISHLAH 2

Kegiatan Akhirus Sannah PAUD IT Al-Ishlah, dengan Menggelar Panggung Sederhana dengan Tema Nguri-uri Budaya Jawa.

Dinamika Kegiatan Yayasan AL-ISHLAH 3

Malam Nuzulul Qur'an yang disemarakkan dengan Pengajian Umum dan Penampilan Anak-anak TPQ Al-Ishlah serat Pemberian Hadiah.

Dinamika Kegiatan Yayasan AL-ISHLAH 4

I'tikaf Ramadhan di Masjid Al-Ishlah, di mulai Tanggal 21 Ramadhan 1438 H, bertepatan dengan tanggal 15 Juni 2017.

Dinamika Kegiatan Yayasan AL-ISHLAH 5

Kegiatan Penerimaan Zakat Mal-Fitrah, Infaq, Shodaqoh dan Wakaf, bekerjasama dengan BAZNAS Kabupaten Sukoharjo.

Jumat, 23 Juni 2017

Penerimaan ZAKAT FITRAH Masjid Al-Ishlah

Pengumpulan Zakat Fitrah Hari Pertama


Menjelang malam 21 Ramadhan kemarin, Panitia Penerimaan Zakat fitrah Masjid Al-Ishlah sudah bersiap menerima pembayaran Zakat Fitrah dari para Jamaah Masjid. Tim yang di Komandani oleh Bapak Dowes Rahono ini, stand by di masjid setiap hari sampai tanggal 28 Ramadhan, emnyisakan 1 hari sebelum Hari Raya untuk melakukan Distribusi.
Sebagaimana kebiasaan Zakat Fitrah, pembayaran bias menggunakan makanan pokok dalam hal ini beras, sebesar 2,5 Kg per Jiwa atau kalua ada yang menghendaki pembayaran menggunakan uang, Panitia membuat 3 kriteria pembayaran sesuai dengan harga beras yang dikonsumsi sehari-harinya.
Kriteria tersebut;
1.       Dengan uang  Rp. 35.000,- per jiwa (bagi yang setiap hari mengkonsumsi beras dengan harga setara dengan Rp. 14.000 per kilogram)
2.       Dengan uang Rp. 30.000,- per jiwa (bagi yang setiap hari mengkonsumsi beras dengan harga setara dengan Rp. 12.000 per kilogram)
3.       Dengan uang Rp. 25.000,- per jiwa (bagi yang setiap hari mengkonsumsi beras dengan harga setara dengan Rp. 10.000 per kilogram)

Semua zakat fitrah yang sudah terkumpul akan didistribusikan kepada mereka yang berhak menerima. [Bim]

Selasa, 20 Juni 2017

AKHIRUSANNAH ANGKATAN KE-5 PAUD IT AL-ISHLAH

Salah satu Penampilan Anak-anak PAUD IT Al-Ishlah

Setiap tamu yang hadir pasti tersenyum, melihat keluguan dan kelucuan tingkah polah anak-anak PAUD IT Al Ishlah, pada Acara Akhirussannah Angkatan ke-5, Kamis, 8 Juni 2017. Dalam Acara tersebut, disamping mewisuda 28 anak dari TKIT Al Ishlah kelas B yang telah menyelesaikan program pendidikannya, juga dimeriahkan dengan Panggung Hiburan Anak. Kali ini mengambil tema, “Nguri-uri Dolanan Jawi”.

Sesuai dengan tema yang diangkat, hiburan yang ditampilkan juga seputar permainan anak-anak tempo dulu seperti; Cublak-cublak Suweng, Tari Jaranan, Tembang jawa dan lain-lain. Juga diadakan Doorprize bagi wali murid yang bisamenyebutkan macam-macam dolanan jawa yang ada.
Tak lupa pula, dalam kesempatan ini telah hadir sekaligus memberikan sambutannya, Ibu Wahyuni, S.Pd. MH (Penilik PAUD) UPTD Pendidikan Kec. Bendosari, Juga dari Komite sekolah dihadiri langsung oleh Ketua Komite Sekolah Ibu Elina Kurniawati, SE.

Dari Yayasan Al-Ishlah, hadir beberapa orang diantaranya Dewan Pendiri Bapak Drs. Sri Mulyadi, Pembina Bapak Drs. H. Slamet, dari Pengurus Yayasan hadir Ketua dan Sekretaris Yayasan Bp. Supono, SH.M.Si, dan Bp. H. Bimawan, SP. Juga dari Pengurus IGTKI, daintaranya Ibu Sukini, S.Pd., Ibu Budiyati, S.Pd. AUD.

Acara ini diakhiri dengan buka bersama Keluarga Besar PAUD IT Al-Ishlah

Kamis, 15 Juni 2017

LAILATUL QADAR TAHUN INI JATUH PADA MALAM 21 ATAU 27 RAMADHAN?

By Muchlisin BK

Sahur Pertama I'tikaf... Alhamdulillah 35 peserta bertahan samapai subuh, semoga mendapat Lailatul Qadar


Lailatul Qadar adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan. Karenanya, tidak heran jika semua muslim ingin mendapatkannya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang lailatul qadar,

وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ * لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

Tahukah kamu apa lailatul qadar itu? Lailatul qadar itu lebih baik daripada seribu bulan (QS. Al-Qadar : 2-3).

Sayyid Sabiq menjelaskan makna lailatul qadar lebih baik daripada seribu bulan itu dalam Fiqih Sunnah dengan mengatakan: "Maksudnya adalah, beramal pada malam itu dengan shalat, dzikir, dan membaca Al-Qur'an nilainya lebih utama daripada amalan yang sama selama seribu bulan yang tidak memiliki lailatul qadar."


Kapan Terjadinya Lailatul Qadar

Dalam banyak riwayat kita akan mendapatkan jawaban yang umum bahwa lailatul qadar turun pada sepuluh hari terakhir. Lebih sempit lagi adalah pada malam-malam ganjil. Yaitu tanggal 21, 23, 25, 27, atau 29 Ramadhan.

Lalu, mengapa judul di atas lebih sempit lagi? Malam 21 atau 27? Ini dikarenakan adanya sejumlah argumentasi sebagai berikut.

Pertama, lailatul qadar yang difirmankan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surat Al-Qadar adalah juga malam nuzulul qur'an atau turunnya wahyu yang pertama, yakni surat Al-Alaq di gua hira. Setelah diteliti oleh Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury, didapatkan kesimpulan bahwa malam itu adalah tanggal 21 Ramadhan. Sebab wahyu pertama "Iqra" itu turun pada hari senin. Sedangkan hari Senin pada Ramadhan itu jatuh pada tanggal 7, 14, 21 dan 28. Dari keempat tanggal itu, yang memenuhi syarat malam ganjil pada sepuluh hari terakhir adalah tanggal 21 Ramadhan tahun pertama kenabian, atau tepatnya 10 Agustus 610 M. Jadi, lailatul qadar pernah terjadi pada tanggal 21 Ramadhan. Jika setiap tahun, tanggal lailatul qadar itu tetap, fa insya Allah, lailatul Qadar jatuh pada malam 21 Ramadhan.

"Tanggal 21 ini khususnya diyakini oleh para ulama kelompok Syafi'i" kata Yusuf Qardhawi dalam Fiqhush Shiam.

Kedua, lailatul qadar dimungkinkan pula jatuh persis pada malam ke-27. Hal ini disinggung dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad.

مَنْ كَانَ مُتَحَرِّيَهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِى لَيْلَةِ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ

Barangsiapa ingin mencarinya (lailatul qadar), hendaklah ia mencarinya pada malam kedua puluh tujuh. (HR. Ahmad, dishahihkan Al-Albani)

Hadits di atas diriwayatkan dari Ibnu Umar. Di samping itu, Ubay bin Ka'ab dan Ibnu Abbas juga memegang keyakinan bahwa lailatul qadar terjadi pada malam ke-27. bahkan, Ubay bin Ka'ab pernah bersumpah akan hal itu karena tanda-tanda lailatul qadar yang ia lihat pada malam ke-27 itu.


Jadi, Bagaimana Cara Mengejar Lailatul Qadar?

Tentu, bagi yang ingin bersungguh-sungguh mencari lailatul qadar tidak akan membatasi dirinya pada malam 21 atau 27 saja. Sebab, betapapun kuat dalil keduanya, ia bukan satu kepastian yang menjamin bahwa lailatul qadar pasti terjadi pada malam 21 atau 27. Mereka yang ingin lebih dekat kepada Allah, lebih mengikuti sunnah Rasulullah, serta ingin mendapati lailatul qadar hendaklah bersungguh-sungguh pada malam ganjil 10 hari terakhir.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنِّى أُرِيتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ ، وَإِنِّى نُسِّيتُهَا ، وَإِنَّهَا فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ فِى وِتْرٍ

Sungguh aku diperlihatkan lailatul qadar, kemudian aku dilupakan –atau lupa- maka carilah ia di sepuluh malam terakhir, pada malam-malam yang ganjil. (Muttafaq alaih)

Bagaimana praktik yang dicontohkan Rasulullah? Ternyata beliau bukan hanya "serius" di malam ganjil. Namun di seluruh sepuluh hari terakhir, dengan menunaikan i'tikaf.

Maka Yusuf Qardhawi pun menyarankan, "Malam-malam ganjil yang dimaksud dalam hadits di atas adalah malam ke-21, 23, 25, 27 dan 29. bila masuknya Ramadhan berbeda-beda dari berbagai negara, sebagaimana yang kita saksikan sekarang, maka malam-malam ganjil di sebagian wilayah adalah malam genap di wilayah lain. Sehingga untuk hati-hati, carilah lailatul qadar ini di seluruh malam sepuluh terkahir Ramadhan."

Wallaahu a'lam bish shawab. [Muchlisin BK/www.tarbiyah.net]

Rabu, 14 Juni 2017

FIQIH I'TIKAF

Ahmad Sahal Hasan, Lc

Aktifitas I'tikaf Bapak-bapak Jamaah Masjid Al-Ishlah

dakwatuna.com – Dalam tinjauan bahasa Arab, al-i’tikaf bermakna al-ihtibas (tertahan) dan al-muqam (menetap)[1].
Sedangkan definisinya menurut para fuqaha adalah:
الْمُكْثُ فِي الْمَسْجِدِ بِنِيَّةِ القُرْبَةِ
Menetap di masjid dengan niat mendekatkan diri kepada Allah.[2]
Atau:
لُزُومُ الْمَسْجِدِ لِطَاعَةِ اللهِ وَالاِنْقِطَاعِ لِعِبَادَتِهِ، وَالتَّفَرُّغِ مِنْ شَوَاغِلِ الْحَيَاةِ
Menetap di masjid untuk taat dan melaksanakan ibadah kepada Allah saja, serta meninggalkan berbagai kesibukan dunia.[3]

Hukum dan Dalil Disyariatkannya I’tikaf
Hukumnya sunnah, dan sunnah muakkadah di sepuluh hari terakhir Ramadhan.[4] I’tikaf menjadi wajib jika seseorang telah bernadzar untuk melakukannya.
Dalil-dalilnya:
وَعَهِدْنَا إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ أَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْعَاكِفِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ
Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i’tikaf, yang ruku’ dan yang sujud”. (Al-Baqarah (2): 125).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْتَكِفُ فِي كُلِّ رَمَضَانَ عَشْرَةَ أَيَّامٍ فَلَمَّا كَانَ الْعَامُ الَّذِي قُبِضَ فِيهِ اعْتَكَفَ عِشْرِينَ يَوْمًا (رواه البخاري)
Dari Abu Hurairah ra ia berkata: Nabi Muhammad saw selalu i’tikaf setiap bulan Ramadhan selama sepuluh hari. Dan pada tahun wafatnya, beliau i’tikaf selama dua puluh hari. (HR. Bukhari).
قَوْلُ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْتَكِفُ العَشْرَ الأَوَاخِرَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللهُ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ [رواه البخاري ومسلم]
Aisyah ra berkata: Rasulullah saw melakukan i’tikaf di sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan) sampai Allah mewafatkan beliau. Kemudian para istrinya melakukan i’tikaf sepeninggal beliau. (HR. Bukhari dan Muslim)
Para ulama sepakat bahwa i’tikaf seorang istri harus seizin suaminya.

Tujuan dan Manfaat I’tikaf
Ibnul Qayyim menyebutkan bahwa tujuan disyariatkannya i’tikaf adalah agar hati terfokus kepada Allah saja, terputus dari berbagai kesibukan kepada selain-Nya, sehingga yang mendominasi hati hanyalah cinta kepada Allah, berdzikir kepada-Nya, semangat menggapai kemuliaan ukhrawi dan ketenangan hati sepenuhnya hanya bersama Allah swt. Tentunya tujuan ini akan lebih mudah dicapai ketika seorang hamba melakukannya dalam keadaan berpuasa, oleh karena itu i’tikaf sangat dianjurkan pada bulan Ramadhan khususnya di sepuluh hari terakhir.[5]
Adapun manfaat i’tikaf di antaranya adalah:
  1. Terbiasa melakukan shalat lima waktu berjamaah tepat waktu.
  2. Terlatih meninggalkan kesibukan dunia demi memenuhi panggilan Allah.
  3. Terlatih untuk meninggalkan kesenangan jasmani sehingga hati bertambah khusyu’ dalam beribadah kepada Allah swt.
  4. Terbiasa meluangkan waktu untuk berdoa, membaca Al-Quran, berdzikir, qiyamullail, dan ibadah lainnya dengan kualitas dan kuantitas yang baik.
  5. Terlatih meninggalkan hal-hal yang tidak berguna bagi penghambaannya kepada Allah swt.
  6. Memperbesar kemungkinan meraih lailatul qadar.

Waktu i’tikaf adalah waktu yang tepat untuk melakukan muhasabah dan bertaubat kepada Allah swt.

Rukun I’tikaf
Rukun i’tikaf ada empat[6] :
  1. Mu’takif (orang yang beri’tikaf) ((المُعْتَكِفُ
  2. Niat (النِّيَّة)ُ
  3. Menetap (اللُّبْثُ). Tidak ada batasan minimal yang disebutkan oleh Al-Quran maupun Hadits tentang lamanya menetap di masjid. Namun untuk i’tikaf sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan waktu i’tikaf yang ideal dimulai pada saat maghrib malam ke-21 sampai maghrib malam takbiran.
  4. Tempat i’tikaf (المُعْتَكَفُ فِيهِ)

Syarat I’tikaf
  1. Syarat yang terkait dengan mu’takif : beragama Islam, berakal sehat, mampu membedakan perbuatan baik dan buruk (mumayyiz), suci dari hadats besar (tidak junub, haid, atau nifas).
  2. Syarat yang terkait dengan tempat i’tikaf : masjid yang dilakukan shalat Jumat dan shalat berjamaah lima waktu di dalamnya agar mu’takif tidak keluar dari tempat i’tikafnya untuk keperluan tersebut.


Yang Membatalkan I’tikaf
  • Kehilangan salah satu syarat i’tikaf yang terkait dengan mu’takif.
  • Berhubungan suami istri sebagaimana firman Allah swt:
 وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ Janganlah kamu campuri mereka (istri-istrimu) itu, sedang kamu beri’tikaf dalam masjid. (Al-Baqarah (2): 187)
  • Keluar dengan seluruh badan dari tempat i’tikaf, kecuali untuk memenuhi hajat (makan, minum, dan buang air jika tidak dapat dilakukan di lingkungan masjid).
  • Mengeluarkan sebagian anggota badan dari tempat i’tikaf tidak membatalkan i’tikaf sesuai dengan ungkapan ‘Aisyah ra:
كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يُخْرِجُ رَأْسَهُ مِنَ الْمَسْجِدِ وَهُوَ مُعْتَكِفٌ فَأَغْسِلُهُ وَأَنَا حَائِضٌ
Nabi Muhammad saw mengeluarkan kepalanya dari masjid (ke ruangan rumahnya) saat beliau i’tikaf lalu aku mencucinya sedang aku dalam keadaan haid. (HR. Bukhari).

Adab atau hal yang harus diperhatikan oleh Mu’takif
  1. Selalu menghadirkan keagungan Allah di dalam hati sehingga niatnya terus terjaga.
  2. Menyibukkan diri dengan amal yang dapat mencapai tujuan i’tikaf.
  3. Bersahaja dan tidak berlebihan dalam melakukan perbuatan mubah seperti makan, minum, berbicara, tidur dan hal-hal lain yang biasa dilakukan di luar masjid.
  4. Menjauhi amal perbuatan yang dapat merusak tujuan i’tikaf seperti pembicaraan tentang materi (jual beli, kekayaan dan lain-lain).
  5. Memelihara kebersihan diri dan tempat i’tikaf serta menjaga ketertiban dan keteraturan dalam segala hal.
  6. Tidak melalaikan kewajiban yang tidak dapat ditunda pelaksanaannya, seperti nafkah untuk keluarga, menolong orang yang terancam keselamatannya, dan lain-lain. Wallahu’alam

Catatan Kaki:
[1] At-Ta’rifat karya ‘Ali bin Muhammad bin ‘Ali Asy-Syarif Al-Husaini Al-Jurjani atau sering disebut dengan Al-Jurjani.
[2] Mu’jam Lughah Al-Fuqaha karya Muhammad Rawwas Qal’ah Ji 1/76.
[3] http://syrcafe.com/vb/t14459.html
[4] Sunnah muakkadah ialah sunnah yang sangat dianjurkan karena hampir tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah saw.
[5] Zadul Ma’ad 2/82.
[6] Raudhah At-Thalibin wa ‘Umdah Al-Muftin karya Imam An-Nawawi: 1/281.


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2008/09/15/1003/fiqh-itikaf/#ixzz4k4oJPwqe 

CALON-CALON PEMIMPIN ITU ADA DI AL-ISHLAH

Kerja keras nyuci gelas

Kalau dilihat secara fisik, mungkin tidak ada yang percaya. Kecil-kecil, imut-imut, umbelen dan istilah yang lain. Namun kalau langsung melihat di lapangan kita baru akan percaya kalau mereka benar-benar patut di acungi jempol. Merekalah  9 sekawan anak-anak Al Ishlah yang setiap hari membuat masjid ini terasa hidup.
Bagai mana tidak, jika waktu adzan tiba, mereka sudah siap di depan mic, secara bergiliran dan terjadwal, mengumandangkan adzan untuk sholat lima waktu, termasuk subuh… subhanallah… mungkin saat anaknya adzan, bapaknya masih terlelap…
Dan yang menggembirakan lagi, di saat Bulan Ramadhan, anak-anak yang rata-rata belum genap 12 tahun ini dengan suka rela, gembira dan cekatan, ikut membantu kakak-kakak seniornya membereskan semua perlatan makan dan minum yang digunakan saat buka bersama dan sekaligus mencucinya, serta menyimpannya untuk esok hari…

Benar-benar  lain… anak-anak ini… semoga hidayah Allah senantiasa membersamai mereka dan menjadikan mereka sebaik-baik ulama dan sebaik-baik pemimpin di zamannya nanti. Amiin….

Selasa, 13 Juni 2017

MERIAHNYA RAMADHAN DI AL-ISHLAH

Memasuki malam ke-17, ada yang lain di Masjid Al Ishlah. Sejak sebelum maghrib anak2 sudah nampak bergerombol di serambi masjid… ternyata sedang menunggu janji Pak De Miyoto… Takmir kita yang satu ini sangat luar biasa perhatiannya terhadap anak-anak. Salah satunya, ketika melihat potensi anak-anak untuk dilatih mengumandangkan adzan dengan lebih baik, tak tanggung-tanggung beliau langsung menghadirkan Muadzin dari Masjid Besar baiturrahmah untuk melatih anak-anak kita adzan. Dan hasilnya sudah bisa kita saksikan di Ramadhan kali ini kita mmemiliki stok muadzin 9 anak.

Penyerahan Hadiah Hiburan Bagi Para Muadzin Kecil oleh Bp. Supono, SH, M.Si. Ketua Yayasan Al-Ishlah
Dari prestasinya itu, tim 9 anak ini dijanjikan hadiah oleh Pak De Miyoto… makanya namanya anak-anak….. penyerahannya masih bakda Tarweh, sore sudah stand by….hmmm. Sangat membahagiakan….

Selain itu, juga dipilih yang terbaik dari muadzin-muadzin kecil ini 3 anak untuk diberi hadiah tambahan… sipplah pokoknya….

Penyerahan Hadiah Peraih Adzan Terbaik oleh Bp. Drs. Ade Miftahudin

Tak mau ketinggalan, TPQ Al Ishlah, yang dimotori oleh Bude Abdillah juga telah melahirkan anak2 yang cakap membaca dan bahkan menghafal Al Qur’an… malam itu dari TPQ Al Ishlah juga menampilkan santri-santrinya untuk di uji publik jamaah masjid Al Ishlah, kelihaiannya membaca Al Qur’an dan menghafal Al Qur’an. Dan semua yang berprestasi, sekali lagi sudah disediakan hadiah oleh Pakde Miyoto….

Penyerahan Hadiah Pemenang Hafalan Terbanyak; Ghulam oleh Bp. Drs. Sri Mulyadi

Penyerahan Hadiah Peraih Tartil Terbaik oleh Bp. Drs. Harsana
Selesai acara penyerahan hadiah ubntuk anak-anak yang berprestasi, acara dilanjutkan dengan Peringatan Nuzulul Qur’an. Kali ini menampilkan Mubaligh lokal, Bp. Drs. H. Abu Aeman, yang juga Imam Rowatib masjid Al Ishlah. Dengan gayanya yang ringan, beliau menyampaikan pesan kepada para jamaah tentang 3 hal, diantaranya: apakah Al quran itu, untuk siapa al Quran itu, dan mengapa harus Al Qur’an.


Demikain postingan sederhana aktifitas Ramadhan kita di Masjid Al Ishlah… sampai ketemu di postingan-postingan selanjutnya. [Bim]

Senin, 12 Juni 2017

MENJAGA HIDAYAH

PAUD IT Al-Ishlah tampak depan

Kampung Jombor Indah dan Jombor Permai, adalah dua kampung hunian baru yang berdampingan. Sebelumnya adalah tanah pertanian yang kurang produktif karena kesuburan tanahnya yang rendah dan hanya bisa ditanami tebu. Sejak awal tahun 1990an berubah menjadi perkampungan baru. Bermula dari satu, dua rumah sampai saat ini sudah menjadi kampung padat dengan jumlah Rukun Tetangga nya 8 RT.
Di awal perkembangannya ada kabar, bahwa Kampung Jombor Indah dan Jombor Permai, akan dijadikan Pusat Perkampungan Nasrani, disebabkan letaknya yang sangat strategis. Di sini ada Kampus UNIVET Bantara, jarak dengan Kantor Bupati tidak sampai 3 menit, Jalan Raya Solo-Wonogiri, intinya sangat setrategis. Nah dari posisi yang sangat baik ini terdengar kabar bahwa kampung ini akan di sulap menjadi perkampungan Nasrani.
Mendengar kabar tersebut, para sesepuh Jombor Indah dan Jombor Permai, yang saat itu di motori oleh Bapak Drs. Sri Mulyadi, seorang guru di salah satu SMA Negeri di Sukoharjo (sekarang sudah purna tugas), terbentuk lah sebuah yayasan yang diberi Nama Yayasan Al-Ishlah, dengan Visi dan Misi, menjaga Aqidah khususnya warga Jombor Indah agar tidak terpengaruh Kristenisasi.
Yayasan Al ishlah didirikan pada tanggal 18 Oktober 1999, oleh Bapak Mulyadi bersama 17 Tokoh Warga Jombor Indah kala itu. Alhamdulillah di tahun 2016 yang lalu, Yayasan Al Ishlah sudah tercatat di Departemen Hukum dan Ham sebagai yayasan resmi dengan Nomor: AHU-0023356.AH.01.04.Tahun 2016, dan di usianya yang sudah ke 18 tahun ini, Yayasan Al Ishlah terus berbenah menuju Visi dan Misi yang sedang di emban.
Saat ini sudah berdiri Masjid di atas tanah wakaf dari warga Jombor Indah dan Jombor Permai, yang tak pernah sepi dari Jamaah, semoga istiqamah, dan di sampingnya berdiri pula bangunan yang megah walaupun belum sempurna, namun sudah dapat menampung sekitar 120 murid KB-TK IT Al Ishlah. Dan dalam waktu dekat ini mohon doanya, Pengurus Yayasan bersama Takmir dan Jamaah masjid Al Ishlah akan memulai pembangunan perluasan Masjid karena jamaah sudah tidak tertampung dengan nyaman.
Untuk Jamaah Masjid Al-Ishlah saat ini ada Program yang sedang di jalankan yakni Kajian ahad Pagi, yang sudah berjalan kurang lebih 7 tahun dan Program Subuh jamaah setiap hari Jumat dengan menggelar Kuliah Subuh dan menyediakan sarapan alakadarnya bagi jamaah.


Demikian sekilas latar belakang berdirinya Yayasan Al-Ishlah dan perkembangannya hingga sekarang.