Pengumpulan Zakat Fitrah Hari Pertama |
Dinamika Kegiatan Yayasan AL-ISHLAH 1
Mohon Do'a Restu, Panitia Pembangunan Masjid Al-Ishlah sedang mempersiapkan proses Pembangunan dan Perluasan Masjid.
Dinamika Kegiatan Yayasan AL-ISHLAH 2
Kegiatan Akhirus Sannah PAUD IT Al-Ishlah, dengan Menggelar Panggung Sederhana dengan Tema Nguri-uri Budaya Jawa.
Dinamika Kegiatan Yayasan AL-ISHLAH 3
Malam Nuzulul Qur'an yang disemarakkan dengan Pengajian Umum dan Penampilan Anak-anak TPQ Al-Ishlah serat Pemberian Hadiah.
Dinamika Kegiatan Yayasan AL-ISHLAH 4
I'tikaf Ramadhan di Masjid Al-Ishlah, di mulai Tanggal 21 Ramadhan 1438 H, bertepatan dengan tanggal 15 Juni 2017.
Dinamika Kegiatan Yayasan AL-ISHLAH 5
Kegiatan Penerimaan Zakat Mal-Fitrah, Infaq, Shodaqoh dan Wakaf, bekerjasama dengan BAZNAS Kabupaten Sukoharjo.
Jumat, 23 Juni 2017
Penerimaan ZAKAT FITRAH Masjid Al-Ishlah
Menjelang malam 21 Ramadhan kemarin, Panitia Penerimaan
Zakat fitrah Masjid Al-Ishlah sudah bersiap menerima pembayaran Zakat Fitrah
dari para Jamaah Masjid. Tim yang di Komandani oleh Bapak Dowes Rahono ini,
stand by di masjid setiap hari sampai tanggal 28 Ramadhan, emnyisakan 1 hari
sebelum Hari Raya untuk melakukan Distribusi.
Sebagaimana kebiasaan Zakat Fitrah, pembayaran bias
menggunakan makanan pokok dalam hal ini beras, sebesar 2,5 Kg per Jiwa atau kalua
ada yang menghendaki pembayaran menggunakan uang, Panitia membuat 3 kriteria
pembayaran sesuai dengan harga beras yang dikonsumsi sehari-harinya.
Kriteria tersebut;
1.
Dengan uang Rp. 35.000,- per jiwa (bagi yang setiap hari
mengkonsumsi beras dengan harga setara dengan Rp. 14.000 per kilogram)
2.
Dengan uang Rp. 30.000,-
per jiwa (bagi yang setiap hari mengkonsumsi beras dengan harga setara dengan
Rp. 12.000 per kilogram)
3.
Dengan uang Rp. 25.000,-
per jiwa (bagi yang setiap hari mengkonsumsi beras dengan harga setara dengan
Rp. 10.000 per kilogram)
Semua zakat fitrah yang sudah terkumpul akan didistribusikan
kepada mereka yang berhak menerima. [Bim]
Selasa, 20 Juni 2017
AKHIRUSANNAH ANGKATAN KE-5 PAUD IT AL-ISHLAH
Salah satu Penampilan Anak-anak PAUD IT Al-Ishlah |
Setiap tamu yang hadir pasti tersenyum, melihat keluguan dan
kelucuan tingkah polah anak-anak PAUD IT Al Ishlah, pada Acara Akhirussannah
Angkatan ke-5, Kamis, 8 Juni 2017. Dalam Acara tersebut, disamping mewisuda 28
anak dari TKIT Al Ishlah kelas B yang telah menyelesaikan program
pendidikannya, juga dimeriahkan dengan Panggung Hiburan Anak. Kali ini
mengambil tema, “Nguri-uri Dolanan Jawi”.
Sesuai dengan tema yang diangkat, hiburan yang ditampilkan
juga seputar permainan anak-anak tempo dulu seperti; Cublak-cublak Suweng, Tari
Jaranan, Tembang jawa dan lain-lain. Juga diadakan Doorprize bagi wali murid
yang bisamenyebutkan macam-macam dolanan jawa yang ada.
Tak lupa pula, dalam kesempatan ini telah hadir sekaligus
memberikan sambutannya, Ibu Wahyuni, S.Pd. MH (Penilik PAUD) UPTD Pendidikan
Kec. Bendosari, Juga dari Komite sekolah dihadiri langsung oleh Ketua Komite
Sekolah Ibu Elina Kurniawati, SE.
Dari Yayasan Al-Ishlah, hadir beberapa orang diantaranya Dewan
Pendiri Bapak Drs. Sri Mulyadi, Pembina Bapak Drs. H. Slamet, dari Pengurus Yayasan
hadir Ketua dan Sekretaris Yayasan Bp. Supono, SH.M.Si, dan Bp. H. Bimawan, SP. Juga dari Pengurus IGTKI, daintaranya Ibu Sukini, S.Pd., Ibu
Budiyati, S.Pd. AUD.
Acara ini diakhiri dengan buka bersama Keluarga Besar PAUD IT Al-Ishlah
Kamis, 15 Juni 2017
LAILATUL QADAR TAHUN INI JATUH PADA MALAM 21 ATAU 27 RAMADHAN?
By Muchlisin BK
Lailatul Qadar adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan. Karenanya, tidak heran jika semua muslim ingin mendapatkannya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang lailatul qadar,
وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ * لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
Tahukah kamu apa lailatul qadar itu? Lailatul qadar itu lebih baik daripada seribu bulan (QS. Al-Qadar : 2-3).
Sayyid Sabiq menjelaskan makna lailatul qadar lebih baik daripada seribu bulan itu dalam Fiqih Sunnah dengan mengatakan: "Maksudnya adalah, beramal pada malam itu dengan shalat, dzikir, dan membaca Al-Qur'an nilainya lebih utama daripada amalan yang sama selama seribu bulan yang tidak memiliki lailatul qadar."
Kapan Terjadinya Lailatul Qadar
Dalam banyak riwayat kita akan mendapatkan jawaban yang umum bahwa lailatul qadar turun pada sepuluh hari terakhir. Lebih sempit lagi adalah pada malam-malam ganjil. Yaitu tanggal 21, 23, 25, 27, atau 29 Ramadhan.
Lalu, mengapa judul di atas lebih sempit lagi? Malam 21 atau 27? Ini dikarenakan adanya sejumlah argumentasi sebagai berikut.
Pertama, lailatul qadar yang difirmankan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surat Al-Qadar adalah juga malam nuzulul qur'an atau turunnya wahyu yang pertama, yakni surat Al-Alaq di gua hira. Setelah diteliti oleh Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury, didapatkan kesimpulan bahwa malam itu adalah tanggal 21 Ramadhan. Sebab wahyu pertama "Iqra" itu turun pada hari senin. Sedangkan hari Senin pada Ramadhan itu jatuh pada tanggal 7, 14, 21 dan 28. Dari keempat tanggal itu, yang memenuhi syarat malam ganjil pada sepuluh hari terakhir adalah tanggal 21 Ramadhan tahun pertama kenabian, atau tepatnya 10 Agustus 610 M. Jadi, lailatul qadar pernah terjadi pada tanggal 21 Ramadhan. Jika setiap tahun, tanggal lailatul qadar itu tetap, fa insya Allah, lailatul Qadar jatuh pada malam 21 Ramadhan.
"Tanggal 21 ini khususnya diyakini oleh para ulama kelompok Syafi'i" kata Yusuf Qardhawi dalam Fiqhush Shiam.
Kedua, lailatul qadar dimungkinkan pula jatuh persis pada malam ke-27. Hal ini disinggung dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
مَنْ كَانَ مُتَحَرِّيَهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِى لَيْلَةِ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ
Barangsiapa ingin mencarinya (lailatul qadar), hendaklah ia mencarinya pada malam kedua puluh tujuh. (HR. Ahmad, dishahihkan Al-Albani)
Hadits di atas diriwayatkan dari Ibnu Umar. Di samping itu, Ubay bin Ka'ab dan Ibnu Abbas juga memegang keyakinan bahwa lailatul qadar terjadi pada malam ke-27. bahkan, Ubay bin Ka'ab pernah bersumpah akan hal itu karena tanda-tanda lailatul qadar yang ia lihat pada malam ke-27 itu.
Jadi, Bagaimana Cara Mengejar Lailatul Qadar?
Tentu, bagi yang ingin bersungguh-sungguh mencari lailatul qadar tidak akan membatasi dirinya pada malam 21 atau 27 saja. Sebab, betapapun kuat dalil keduanya, ia bukan satu kepastian yang menjamin bahwa lailatul qadar pasti terjadi pada malam 21 atau 27. Mereka yang ingin lebih dekat kepada Allah, lebih mengikuti sunnah Rasulullah, serta ingin mendapati lailatul qadar hendaklah bersungguh-sungguh pada malam ganjil 10 hari terakhir.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنِّى أُرِيتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ ، وَإِنِّى نُسِّيتُهَا ، وَإِنَّهَا فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ فِى وِتْرٍ
Sungguh aku diperlihatkan lailatul qadar, kemudian aku dilupakan –atau lupa- maka carilah ia di sepuluh malam terakhir, pada malam-malam yang ganjil. (Muttafaq alaih)
Bagaimana praktik yang dicontohkan Rasulullah? Ternyata beliau bukan hanya "serius" di malam ganjil. Namun di seluruh sepuluh hari terakhir, dengan menunaikan i'tikaf.
Maka Yusuf Qardhawi pun menyarankan, "Malam-malam ganjil yang dimaksud dalam hadits di atas adalah malam ke-21, 23, 25, 27 dan 29. bila masuknya Ramadhan berbeda-beda dari berbagai negara, sebagaimana yang kita saksikan sekarang, maka malam-malam ganjil di sebagian wilayah adalah malam genap di wilayah lain. Sehingga untuk hati-hati, carilah lailatul qadar ini di seluruh malam sepuluh terkahir Ramadhan."
Wallaahu a'lam bish shawab. [Muchlisin BK/www.tarbiyah.net]
Sahur Pertama I'tikaf... Alhamdulillah 35 peserta bertahan samapai subuh, semoga mendapat Lailatul Qadar |
Lailatul Qadar adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan. Karenanya, tidak heran jika semua muslim ingin mendapatkannya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang lailatul qadar,
وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ * لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
Tahukah kamu apa lailatul qadar itu? Lailatul qadar itu lebih baik daripada seribu bulan (QS. Al-Qadar : 2-3).
Sayyid Sabiq menjelaskan makna lailatul qadar lebih baik daripada seribu bulan itu dalam Fiqih Sunnah dengan mengatakan: "Maksudnya adalah, beramal pada malam itu dengan shalat, dzikir, dan membaca Al-Qur'an nilainya lebih utama daripada amalan yang sama selama seribu bulan yang tidak memiliki lailatul qadar."
Kapan Terjadinya Lailatul Qadar
Dalam banyak riwayat kita akan mendapatkan jawaban yang umum bahwa lailatul qadar turun pada sepuluh hari terakhir. Lebih sempit lagi adalah pada malam-malam ganjil. Yaitu tanggal 21, 23, 25, 27, atau 29 Ramadhan.
Lalu, mengapa judul di atas lebih sempit lagi? Malam 21 atau 27? Ini dikarenakan adanya sejumlah argumentasi sebagai berikut.
Pertama, lailatul qadar yang difirmankan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surat Al-Qadar adalah juga malam nuzulul qur'an atau turunnya wahyu yang pertama, yakni surat Al-Alaq di gua hira. Setelah diteliti oleh Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury, didapatkan kesimpulan bahwa malam itu adalah tanggal 21 Ramadhan. Sebab wahyu pertama "Iqra" itu turun pada hari senin. Sedangkan hari Senin pada Ramadhan itu jatuh pada tanggal 7, 14, 21 dan 28. Dari keempat tanggal itu, yang memenuhi syarat malam ganjil pada sepuluh hari terakhir adalah tanggal 21 Ramadhan tahun pertama kenabian, atau tepatnya 10 Agustus 610 M. Jadi, lailatul qadar pernah terjadi pada tanggal 21 Ramadhan. Jika setiap tahun, tanggal lailatul qadar itu tetap, fa insya Allah, lailatul Qadar jatuh pada malam 21 Ramadhan.
"Tanggal 21 ini khususnya diyakini oleh para ulama kelompok Syafi'i" kata Yusuf Qardhawi dalam Fiqhush Shiam.
Kedua, lailatul qadar dimungkinkan pula jatuh persis pada malam ke-27. Hal ini disinggung dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
مَنْ كَانَ مُتَحَرِّيَهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِى لَيْلَةِ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ
Barangsiapa ingin mencarinya (lailatul qadar), hendaklah ia mencarinya pada malam kedua puluh tujuh. (HR. Ahmad, dishahihkan Al-Albani)
Hadits di atas diriwayatkan dari Ibnu Umar. Di samping itu, Ubay bin Ka'ab dan Ibnu Abbas juga memegang keyakinan bahwa lailatul qadar terjadi pada malam ke-27. bahkan, Ubay bin Ka'ab pernah bersumpah akan hal itu karena tanda-tanda lailatul qadar yang ia lihat pada malam ke-27 itu.
Jadi, Bagaimana Cara Mengejar Lailatul Qadar?
Tentu, bagi yang ingin bersungguh-sungguh mencari lailatul qadar tidak akan membatasi dirinya pada malam 21 atau 27 saja. Sebab, betapapun kuat dalil keduanya, ia bukan satu kepastian yang menjamin bahwa lailatul qadar pasti terjadi pada malam 21 atau 27. Mereka yang ingin lebih dekat kepada Allah, lebih mengikuti sunnah Rasulullah, serta ingin mendapati lailatul qadar hendaklah bersungguh-sungguh pada malam ganjil 10 hari terakhir.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنِّى أُرِيتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ ، وَإِنِّى نُسِّيتُهَا ، وَإِنَّهَا فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ فِى وِتْرٍ
Sungguh aku diperlihatkan lailatul qadar, kemudian aku dilupakan –atau lupa- maka carilah ia di sepuluh malam terakhir, pada malam-malam yang ganjil. (Muttafaq alaih)
Bagaimana praktik yang dicontohkan Rasulullah? Ternyata beliau bukan hanya "serius" di malam ganjil. Namun di seluruh sepuluh hari terakhir, dengan menunaikan i'tikaf.
Maka Yusuf Qardhawi pun menyarankan, "Malam-malam ganjil yang dimaksud dalam hadits di atas adalah malam ke-21, 23, 25, 27 dan 29. bila masuknya Ramadhan berbeda-beda dari berbagai negara, sebagaimana yang kita saksikan sekarang, maka malam-malam ganjil di sebagian wilayah adalah malam genap di wilayah lain. Sehingga untuk hati-hati, carilah lailatul qadar ini di seluruh malam sepuluh terkahir Ramadhan."
Wallaahu a'lam bish shawab. [Muchlisin BK/www.tarbiyah.net]
Rabu, 14 Juni 2017
FIQIH I'TIKAF
Ahmad Sahal Hasan, Lc
Aktifitas I'tikaf Bapak-bapak Jamaah Masjid Al-Ishlah |
dakwatuna.com – Dalam tinjauan bahasa Arab,
al-i’tikaf bermakna al-ihtibas (tertahan) dan al-muqam (menetap)[1].
Sedangkan definisinya menurut para fuqaha adalah:
الْمُكْثُ فِي الْمَسْجِدِ بِنِيَّةِ القُرْبَةِ
Menetap di masjid dengan niat mendekatkan diri kepada
Allah.[2]
Atau:
لُزُومُ الْمَسْجِدِ لِطَاعَةِ اللهِ وَالاِنْقِطَاعِ
لِعِبَادَتِهِ، وَالتَّفَرُّغِ مِنْ شَوَاغِلِ الْحَيَاةِ
Menetap di masjid untuk taat dan melaksanakan ibadah kepada
Allah saja, serta meninggalkan berbagai kesibukan dunia.[3]
Hukum dan Dalil Disyariatkannya I’tikaf
Hukumnya sunnah, dan sunnah muakkadah di sepuluh hari
terakhir Ramadhan.[4] I’tikaf menjadi wajib jika seseorang telah bernadzar
untuk melakukannya.
Dalil-dalilnya:
وَعَهِدْنَا إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ
أَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْعَاكِفِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ
Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail:
“Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i’tikaf, yang ruku’
dan yang sujud”. (Al-Baqarah (2): 125).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْتَكِفُ فِي كُلِّ رَمَضَانَ
عَشْرَةَ أَيَّامٍ فَلَمَّا كَانَ الْعَامُ الَّذِي قُبِضَ فِيهِ اعْتَكَفَ عِشْرِينَ
يَوْمًا (رواه البخاري)
Dari Abu Hurairah ra ia berkata: Nabi Muhammad saw selalu
i’tikaf setiap bulan Ramadhan selama sepuluh hari. Dan pada tahun wafatnya,
beliau i’tikaf selama dua puluh hari. (HR. Bukhari).
قَوْلُ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا:
كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْتَكِفُ العَشْرَ الأَوَاخِرَ
حَتَّى تَوَفَّاهُ اللهُ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ [رواه البخاري
ومسلم]
Aisyah ra berkata: Rasulullah saw melakukan i’tikaf di
sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan) sampai Allah mewafatkan beliau. Kemudian
para istrinya melakukan i’tikaf sepeninggal beliau. (HR. Bukhari dan Muslim)
Para ulama sepakat bahwa i’tikaf seorang istri harus seizin
suaminya.
Tujuan dan Manfaat I’tikaf
Ibnul Qayyim menyebutkan bahwa tujuan disyariatkannya i’tikaf
adalah agar hati terfokus kepada Allah saja, terputus dari berbagai kesibukan
kepada selain-Nya, sehingga yang mendominasi hati hanyalah cinta kepada Allah,
berdzikir kepada-Nya, semangat menggapai kemuliaan ukhrawi dan ketenangan hati
sepenuhnya hanya bersama Allah swt. Tentunya tujuan ini akan lebih mudah
dicapai ketika seorang hamba melakukannya dalam keadaan berpuasa, oleh karena
itu i’tikaf sangat dianjurkan pada bulan Ramadhan khususnya di sepuluh hari
terakhir.[5]
Adapun manfaat i’tikaf di antaranya adalah:
- Terbiasa melakukan shalat lima waktu berjamaah tepat waktu.
- Terlatih meninggalkan kesibukan dunia demi memenuhi panggilan Allah.
- Terlatih untuk meninggalkan kesenangan jasmani sehingga hati bertambah khusyu’ dalam beribadah kepada Allah swt.
- Terbiasa meluangkan waktu untuk berdoa, membaca Al-Quran, berdzikir, qiyamullail, dan ibadah lainnya dengan kualitas dan kuantitas yang baik.
- Terlatih meninggalkan hal-hal yang tidak berguna bagi penghambaannya kepada Allah swt.
- Memperbesar kemungkinan meraih lailatul qadar.
Waktu i’tikaf adalah waktu yang tepat untuk melakukan
muhasabah dan bertaubat kepada Allah swt.
Rukun I’tikaf
Rukun i’tikaf ada empat[6] :
- Mu’takif (orang yang beri’tikaf) ((المُعْتَكِفُ
- Niat (النِّيَّة)ُ
- Menetap (اللُّبْثُ). Tidak ada batasan minimal yang disebutkan oleh Al-Quran maupun Hadits tentang lamanya menetap di masjid. Namun untuk i’tikaf sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan waktu i’tikaf yang ideal dimulai pada saat maghrib malam ke-21 sampai maghrib malam takbiran.
- Tempat i’tikaf (المُعْتَكَفُ فِيهِ)
Syarat I’tikaf
- Syarat yang terkait dengan mu’takif : beragama Islam, berakal sehat, mampu membedakan perbuatan baik dan buruk (mumayyiz), suci dari hadats besar (tidak junub, haid, atau nifas).
- Syarat yang terkait dengan tempat i’tikaf : masjid yang dilakukan shalat Jumat dan shalat berjamaah lima waktu di dalamnya agar mu’takif tidak keluar dari tempat i’tikafnya untuk keperluan tersebut.
Yang Membatalkan I’tikaf
- Kehilangan salah satu syarat i’tikaf yang terkait dengan mu’takif.
- Berhubungan suami istri sebagaimana firman Allah swt:
- Keluar dengan seluruh badan dari tempat i’tikaf, kecuali untuk memenuhi hajat (makan, minum, dan buang air jika tidak dapat dilakukan di lingkungan masjid).
- Mengeluarkan sebagian anggota badan dari tempat i’tikaf tidak membatalkan i’tikaf sesuai dengan ungkapan ‘Aisyah ra:
Nabi Muhammad saw mengeluarkan kepalanya dari masjid (ke
ruangan rumahnya) saat beliau i’tikaf lalu aku mencucinya sedang aku dalam
keadaan haid. (HR. Bukhari).
Adab atau hal yang harus diperhatikan oleh Mu’takif
- Selalu menghadirkan keagungan Allah di dalam hati sehingga niatnya terus terjaga.
- Menyibukkan diri dengan amal yang dapat mencapai tujuan i’tikaf.
- Bersahaja dan tidak berlebihan dalam melakukan perbuatan mubah seperti makan, minum, berbicara, tidur dan hal-hal lain yang biasa dilakukan di luar masjid.
- Menjauhi amal perbuatan yang dapat merusak tujuan i’tikaf seperti pembicaraan tentang materi (jual beli, kekayaan dan lain-lain).
- Memelihara kebersihan diri dan tempat i’tikaf serta menjaga ketertiban dan keteraturan dalam segala hal.
- Tidak melalaikan kewajiban yang tidak dapat ditunda pelaksanaannya, seperti nafkah untuk keluarga, menolong orang yang terancam keselamatannya, dan lain-lain. Wallahu’alam
Catatan Kaki:
[1] At-Ta’rifat karya ‘Ali bin Muhammad bin ‘Ali Asy-Syarif
Al-Husaini Al-Jurjani atau sering disebut dengan Al-Jurjani.
[2] Mu’jam Lughah Al-Fuqaha karya Muhammad Rawwas Qal’ah Ji
1/76.
[3] http://syrcafe.com/vb/t14459.html
[4] Sunnah muakkadah ialah sunnah yang sangat dianjurkan
karena hampir tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah saw.
[5] Zadul Ma’ad 2/82.
[6] Raudhah At-Thalibin wa ‘Umdah Al-Muftin karya Imam
An-Nawawi: 1/281.
Sumber:
http://www.dakwatuna.com/2008/09/15/1003/fiqh-itikaf/#ixzz4k4oJPwqe
CALON-CALON PEMIMPIN ITU ADA DI AL-ISHLAH
Kerja keras nyuci gelas |
Kalau dilihat secara fisik, mungkin tidak ada yang percaya. Kecil-kecil,
imut-imut, umbelen dan istilah yang lain. Namun kalau langsung melihat di
lapangan kita baru akan percaya kalau mereka benar-benar patut di acungi jempol.
Merekalah 9 sekawan anak-anak Al Ishlah
yang setiap hari membuat masjid ini terasa hidup.
Bagai mana tidak, jika waktu adzan tiba, mereka sudah siap
di depan mic, secara bergiliran dan terjadwal, mengumandangkan adzan untuk
sholat lima waktu, termasuk subuh… subhanallah… mungkin saat anaknya adzan, bapaknya
masih terlelap…
Dan yang menggembirakan lagi, di saat Bulan Ramadhan, anak-anak
yang rata-rata belum genap 12 tahun ini dengan suka rela, gembira dan cekatan, ikut
membantu kakak-kakak seniornya membereskan semua perlatan makan dan minum yang
digunakan saat buka bersama dan sekaligus mencucinya, serta menyimpannya untuk
esok hari…
Benar-benar lain… anak-anak
ini… semoga hidayah Allah senantiasa membersamai mereka dan menjadikan mereka
sebaik-baik ulama dan sebaik-baik pemimpin di zamannya nanti. Amiin….
Selasa, 13 Juni 2017
MERIAHNYA RAMADHAN DI AL-ISHLAH
Memasuki malam ke-17, ada yang lain di Masjid Al Ishlah.
Sejak sebelum maghrib anak2 sudah nampak bergerombol di serambi masjid…
ternyata sedang menunggu janji Pak De Miyoto… Takmir kita yang satu ini sangat
luar biasa perhatiannya terhadap anak-anak. Salah satunya, ketika melihat
potensi anak-anak untuk dilatih mengumandangkan adzan dengan lebih baik, tak
tanggung-tanggung beliau langsung menghadirkan Muadzin dari Masjid Besar
baiturrahmah untuk melatih anak-anak kita adzan. Dan hasilnya sudah bisa kita
saksikan di Ramadhan kali ini kita mmemiliki stok muadzin 9 anak.
|
Selain itu, juga dipilih yang terbaik dari muadzin-muadzin
kecil ini 3 anak untuk diberi hadiah tambahan… sipplah pokoknya….
Penyerahan Hadiah Peraih Adzan Terbaik oleh Bp. Drs. Ade Miftahudin |
Tak mau ketinggalan, TPQ Al Ishlah, yang dimotori oleh Bude
Abdillah juga telah melahirkan anak2 yang cakap membaca dan bahkan menghafal Al
Qur’an… malam itu dari TPQ Al Ishlah juga menampilkan santri-santrinya untuk di
uji publik jamaah masjid Al Ishlah, kelihaiannya membaca Al Qur’an dan
menghafal Al Qur’an. Dan semua yang berprestasi, sekali lagi sudah disediakan
hadiah oleh Pakde Miyoto….
Penyerahan Hadiah Pemenang Hafalan Terbanyak; Ghulam oleh Bp. Drs. Sri Mulyadi |
Penyerahan Hadiah Peraih Tartil Terbaik oleh Bp. Drs. Harsana |
Selesai acara penyerahan hadiah ubntuk anak-anak yang
berprestasi, acara dilanjutkan dengan Peringatan Nuzulul Qur’an. Kali ini
menampilkan Mubaligh lokal, Bp. Drs. H. Abu Aeman, yang juga Imam Rowatib
masjid Al Ishlah. Dengan gayanya yang ringan, beliau menyampaikan pesan kepada
para jamaah tentang 3 hal, diantaranya: apakah Al quran itu, untuk siapa al
Quran itu, dan mengapa harus Al Qur’an.
Demikain postingan sederhana aktifitas Ramadhan kita di
Masjid Al Ishlah… sampai ketemu di postingan-postingan selanjutnya. [Bim]
Senin, 12 Juni 2017
MENJAGA HIDAYAH
PAUD IT Al-Ishlah tampak depan |
Kampung Jombor Indah dan Jombor Permai, adalah dua kampung hunian baru yang berdampingan. Sebelumnya adalah tanah pertanian yang kurang produktif karena kesuburan tanahnya yang rendah dan hanya bisa ditanami tebu. Sejak awal tahun 1990an berubah menjadi perkampungan baru. Bermula dari satu, dua rumah sampai saat ini sudah menjadi kampung padat dengan jumlah Rukun Tetangga nya 8 RT.
Di awal perkembangannya ada kabar, bahwa Kampung Jombor
Indah dan Jombor Permai, akan dijadikan Pusat Perkampungan Nasrani, disebabkan letaknya yang
sangat strategis. Di sini ada Kampus UNIVET Bantara, jarak dengan Kantor Bupati
tidak sampai 3 menit, Jalan Raya Solo-Wonogiri, intinya sangat setrategis. Nah dari
posisi yang sangat baik ini terdengar kabar bahwa kampung ini akan di sulap
menjadi perkampungan Nasrani.
Mendengar kabar tersebut, para sesepuh Jombor Indah dan Jombor Permai, yang
saat itu di motori oleh Bapak Drs. Sri Mulyadi, seorang guru di salah satu SMA Negeri
di Sukoharjo (sekarang sudah purna tugas), terbentuk lah sebuah yayasan yang
diberi Nama Yayasan Al-Ishlah, dengan Visi dan Misi, menjaga Aqidah khususnya
warga Jombor Indah agar tidak terpengaruh Kristenisasi.
Yayasan Al ishlah didirikan pada tanggal 18 Oktober 1999,
oleh Bapak Mulyadi bersama 17 Tokoh Warga Jombor Indah kala itu. Alhamdulillah di
tahun 2016 yang lalu, Yayasan Al Ishlah sudah tercatat di Departemen Hukum dan
Ham sebagai yayasan resmi dengan Nomor: AHU-0023356.AH.01.04.Tahun 2016,
dan di usianya yang sudah ke 18 tahun ini, Yayasan Al Ishlah terus berbenah menuju
Visi dan Misi yang sedang di emban.
Saat ini sudah berdiri Masjid di atas tanah wakaf dari warga
Jombor Indah dan Jombor Permai, yang tak pernah sepi dari Jamaah, semoga istiqamah, dan di
sampingnya berdiri pula bangunan yang megah walaupun belum sempurna, namun
sudah dapat menampung sekitar 120 murid KB-TK IT Al Ishlah. Dan dalam waktu
dekat ini mohon doanya, Pengurus Yayasan bersama Takmir dan Jamaah masjid Al
Ishlah akan memulai pembangunan perluasan Masjid karena jamaah sudah tidak
tertampung dengan nyaman.
Untuk Jamaah Masjid Al-Ishlah saat ini ada Program yang
sedang di jalankan yakni Kajian ahad Pagi, yang sudah berjalan kurang lebih 7
tahun dan Program Subuh jamaah setiap hari Jumat dengan menggelar Kuliah Subuh
dan menyediakan sarapan alakadarnya bagi jamaah.
Demikian sekilas latar belakang berdirinya Yayasan Al-Ishlah
dan perkembangannya hingga sekarang.